Sabtu, 15 Oktober 2016

PENANTIAN GUS FARID

Polemik politik tidak akan pernah selsai dibicarakan. Saya sempat membayangkan bagaimana jadinya jika rating perpolitikan di Indonesia turun derastis, politikus-politikus kenamaan negeri ini jatuh miskin dan berbodong-bondong melamar pekerjaan, akhrinya menjadi tim sukses, gubernur, menteri atau hanya sekedar numpang lewat di ILC hanya sekedar tambahan riwayat hidup untuk melamar pekerjaan jadi pelayan warung bubur Haji Sulam.
Belakangan ini HP saya mulai sibuk menerima pesan-pesan dari beberapa gurp Whatsapp. Perdebatan tentang kepemimpinan non-Muslim, meme-meme Dimas Kanjeng Taat Pribadi, sampai Nusron Wahid dengan corak penafsiran baru yang sedang naik daun.
Beberapa hari yang lalu saya baca tulisan Gus Farid “Sudahkah Kita Bersikap Adil Sebagai Makhluk Penafsir?” di mojok.co. sebagai mahasiswa akhir di sebuah perguruan tinggi ternama di kotanya dia masih sempat memikirkan hal-hal yang tidak penting, padahal (katanya) masih pusing dengan skripsi (baca: pembimbingnya) dan sebentar lagi harus sidang.
 Gus, penantian itu ada kalanya menyenangkan tapi lebih sering mombosankan. Menanti jawaban dari seorang perempuan yang baru saja wisuda mungkin salah satu yang menyenangkan ya Gus? setelah tiga tahun lebih membangun citra sebagai jomblo yang bahagia.  
Jujur, Gus. saya bingung dengan grup sebelah. Pertama tentang pemilihan gubernur DKI Jakarta, tafsir al-Maidah: 51, isu terpilihnya pamanmu (kiyai saya) sebagai ketua syuriah PCNU Jawa Barat sampai-sampai beberapa alumni rela mencetak spanduk ucapan selamat, sampai Nusron Wahid dengan corak penafsiran barunya. Hanya Mama Farij yang terlihat aktif di grup itu, walaupun saya lihat Sabum Ryan pernah menanyakan tentang pendapat salah satu Imam Madzhab yang memperbolehkan memilih pemimpin non muslim, kawan kita yang satu ini beruntung sekali karena topik pembicaraan di grup itu selaras dengan judul skripsinya, saya pun pernah mengirimkan link yang tidak penting itu gus, tapi usaha saya mengalihkan isu gagal total. Dari semua percakapan itu akhirnya saya tahu gus, ternyata kata blunder yang anda tunggu-tunggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar