Malam
minggu ini doa kaum jomblo didengar tuhan. Hujan membasahi daerah Ibu Kota dan
sekitarnya. Hal ini tidak jadi soal, karena saya tidak ada jadwal keluar malam
minggu ini, walaupun sebenarnya ada acara malam kreasi santri, tapi akses ke
lokasi cukup jauh dan tidak ada yang suka rela memberikan tumpangan gratis.
Pagi
selepas shalat Shubuh langit terlihat masih mendung. Awan menyimpan sia-sia air
hujan tadi malam. Saya memaksakan diri pergi ke Situ Gintung dengan harapan
hujan tidak turun, berjalan menyusuri jalan satapak membawa dua tas
berisi buku dan majalah, sendirian.
Tidak
lama setelah menggelar tikar dan menyusun rapi buku-buku bacaan Perpustakaan Jalanan
hujuan turun. Tidak begitu deras memang, tapi tetesan-tetesan air hujan itu lebih
dari cukup membasahi buku, saya tidak berani ngambil resiko membiarkan
buku-buku yang sebagian besar pemberian para dermawan itu basah, akhirnya saya
rapikan kembali dan menutupinya dengan tikar, dalam hati saya masih menyimpan harapan
hujan reda lagi.
Sambil
memandangi orang-orang lari pagi, terlihat juga beberapa orang menjajakan
makanan, di ujung selatan beberapa mahasiswa Fakultas Kedokteran masih bertahan
memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Lebih dari 30 menit akhirnya
hujan reda. Satu persatu saya susun lagi buku-buku itu.
Tiba-tiba
seorang gadis kecil bersama ayahnya datang. “om, aku minjem buku ya, mau baca”.
Akhirnya ada juga pembaca hari ini, seorang gadis kecil itu membuatku bahagia, karenanya
usaha kecil kenapa Perpustakaan Jalanan ini ada tidak sia-sia.