Teori darwin yang paling populer yaitu Teroi Evolusi Manusia yang
menyatakan bahwa manusia berasal dari kera. Mereka yang mendukung teroi ini
membuktikan kebenarannya dengan penemuan-penemuan fosil yang dianggap berusi
jutaan tahun yang lalu, kemudian menggabungkannya dengan fosil-fosil yang lain
dan dipaksa seirama dengan Teori Darwin. Teori tersebut tentu saja menjadi
perdebatan, masalahnya adalah seandainya proses evolusi benar-benar terjadi,
tentu manusia sekarang akan terus berevolusi berubah secara fisik menjadi
bentuk yang lebih baik. Nyatanya, setelah berlalu ratusan bahkan ribuan tahun
yang lalu bahkan manusia tidak juga berubah. Ironi yang tidak kalah lucunya
kenapa pula sepsies kera masih ada sampai sekarang? Bukankah seharusnya
bentuk-bentuk kera sudah berevolusi dalam bentuk manusia sempurna?
Teroi Evolusi ini
sejak awal memang sangat bertentangan dengan ajaran islam yang jelas menyatakan
bahwa manusia pertama, yang juga nenek moyang semua manusia adalah Nabi Adam
as. yang kemudian Allah menciptakan pasangan baginya, kemudian dari keduanya
Allah memberikan keturunan laki-laki dan perempuan yang banyak (lihat QS.
An-Nisa 4:1)
“Dan ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat sesungguhnya aku hendak menjadikan
kholifah di muka bumi. Mereka (malaikat) berkata: apakah Engkau akan menjadikan
orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih dan
menyucikan namamu? Dia (Allah) berfirman sesunggunya aku lebih mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui” (QS. Al-Baqarah 2:30)
Sepantasnya kita
melihat bahwa pada kalimat “Mereka (malaikat) berkata: apakah Engkau akan
menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih
dan menyucikan namamu?” akan menegaskan seolah-olah ada manusia sebelum adam,
sehingga orang Islam yang sekedar membaca Al-Quran tanpa memahami isinya akan
mengikuti Teori Evolusi. Jika kita melihat ayat ini Allah SWT menggunakan kata wa
idz. Jika bahasa yang digunakan hanya wa (dan) atau hanya idz (jika)
maka susunan pada surat Al-Baqarah ayat 30-35 harus berurutan, akan tetapi kata
yang digunakan adalah wa idz yang memberikan makna (dan ingatlah juga) tidak
diharuskan untuk beraturan. Jika memaksakan bahwa susunannya harus beraturan
maka akan sulit untuk dipahami. Pada ayat 30 Allah “berencana” menjadikan Adam
Khalifah di muka bumi tetapi pada ayat 35 Allah menempatkan Adam di jannah. Sehingga
kronologinya Adam ditempatkan di bumi lalu diangakat sebagai kholifah lalu
ditempatkan di jannah.
Pada
ayat ke 30 Allah menggunakan kata ja’il bukan khaliq. Kata ja’ala
bermakna pada fungis penempatan. Sedangkan kholaqo bermakna pembentukan.
Dalam surah Yunus ayat 5 Allah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya. Allah memfungsikan matahari untuk bersinar dan rembulan bercahaya,
tentunya matahari dan bulan sudah lebih dulu diciptakan kemudian Allah
menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya.
Lebih
jelas KH. Syarif Rahmat, SQ, MA. mengurutkannya sebagai berikut: Penciptaan
Nabi Adam as (QS. Al-Hijr: 28). Sujudnya malaikat (QS. Al-Hijr: 29). Terhinanya
Iblis (QS. Al-Baqarah: 34). Pemohonan Iblis untuk penangguhan waktu (QS. Al-araf:
15). Adam di surga (QS. Al-Baqarah: 35). Adam terusir dari surga (QS. Thaha:
122-123). Pembunuhan anak Adam (QS. Al-Maidah: 30). Pengankatan adam sebagai
khalifah (QS. Al-Baqarah: 30).
Pada
akhirnya Al-Quran bukan hanya sekedar ritual peribadatan saja. Tetapi di
dalamnya banyak pelajaran-pelajaran yang tidak akan pernah habis. Semakin dalam
menyelami makna-makna yang terkandung di dalamnya semakin tidak akan menemukan
dasarnya. Baca, fahami, dan renungkan makna yang terkandung di dalamnya. Wallahu
aa’lam
*artikel ini juga dimuat di majalah taqoddum edisi 15 tahun ke 4
*artikel ini juga dimuat di majalah taqoddum edisi 15 tahun ke 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar