Minggu, 05 Januari 2014

Al-Quran Membantah Darwinisme



Teori darwin yang paling populer yaitu Teroi Evolusi Manusia yang menyatakan bahwa manusia berasal dari kera. Mereka yang mendukung teroi ini membuktikan kebenarannya dengan penemuan-penemuan fosil yang dianggap berusi jutaan tahun yang lalu, kemudian menggabungkannya dengan fosil-fosil yang lain dan dipaksa seirama dengan Teori Darwin. Teori tersebut tentu saja menjadi perdebatan, masalahnya adalah seandainya proses evolusi benar-benar terjadi, tentu manusia sekarang akan terus berevolusi berubah secara fisik menjadi bentuk yang lebih baik. Nyatanya, setelah berlalu ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu bahkan manusia tidak juga berubah. Ironi yang tidak kalah lucunya kenapa pula sepsies kera masih ada sampai sekarang? Bukankah seharusnya bentuk-bentuk kera sudah berevolusi dalam bentuk manusia sempurna?
            Teroi Evolusi ini sejak awal memang sangat bertentangan dengan ajaran islam yang jelas menyatakan bahwa manusia pertama, yang juga nenek moyang semua manusia adalah Nabi Adam as. yang kemudian Allah menciptakan pasangan baginya, kemudian dari keduanya Allah memberikan keturunan laki-laki dan perempuan yang banyak (lihat QS. An-Nisa 4:1)
            “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat sesungguhnya aku hendak menjadikan kholifah di muka bumi. Mereka (malaikat) berkata: apakah Engkau akan menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih dan menyucikan namamu? Dia (Allah) berfirman sesunggunya aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (QS. Al-Baqarah 2:30)
            Sepantasnya kita melihat bahwa pada kalimat “Mereka (malaikat) berkata: apakah Engkau akan menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih dan menyucikan namamu?” akan menegaskan seolah-olah ada manusia sebelum adam, sehingga orang Islam yang sekedar membaca Al-Quran tanpa memahami isinya akan mengikuti Teori Evolusi. Jika kita melihat ayat ini Allah SWT menggunakan kata wa idz. Jika bahasa yang digunakan hanya wa (dan) atau hanya idz (jika) maka susunan pada surat Al-Baqarah ayat 30-35 harus berurutan, akan tetapi kata yang digunakan adalah wa idz yang memberikan makna (dan ingatlah juga) tidak diharuskan untuk beraturan. Jika memaksakan bahwa susunannya harus beraturan maka akan sulit untuk dipahami. Pada ayat 30 Allah “berencana” menjadikan Adam Khalifah di muka bumi tetapi pada ayat 35 Allah menempatkan Adam di jannah. Sehingga kronologinya Adam ditempatkan di bumi lalu diangakat sebagai kholifah lalu ditempatkan di jannah.
            Pada ayat ke 30 Allah menggunakan kata ja’il bukan khaliq. Kata ja’ala bermakna pada fungis penempatan. Sedangkan kholaqo bermakna pembentukan. Dalam surah Yunus ayat 5 Allah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya. Allah memfungsikan matahari untuk bersinar dan rembulan bercahaya, tentunya matahari dan bulan sudah lebih dulu diciptakan kemudian Allah menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya.
            Lebih jelas KH. Syarif Rahmat, SQ, MA. mengurutkannya sebagai berikut: Penciptaan Nabi Adam as (QS. Al-Hijr: 28). Sujudnya malaikat (QS. Al-Hijr: 29). Terhinanya Iblis (QS. Al-Baqarah: 34). Pemohonan Iblis untuk penangguhan waktu (QS. Al-araf: 15). Adam di surga (QS. Al-Baqarah: 35). Adam terusir dari surga (QS. Thaha: 122-123). Pembunuhan anak Adam (QS. Al-Maidah: 30). Pengankatan adam sebagai khalifah (QS. Al-Baqarah: 30).
            Pada akhirnya Al-Quran bukan hanya sekedar ritual peribadatan saja. Tetapi di dalamnya banyak pelajaran-pelajaran yang tidak akan pernah habis. Semakin dalam menyelami makna-makna yang terkandung di dalamnya semakin tidak akan menemukan dasarnya. Baca, fahami, dan renungkan makna yang terkandung di dalamnya. Wallahu aa’lam

*artikel ini juga dimuat di majalah taqoddum edisi 15 tahun ke 4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar