Mukjizat adalah kejadian di luar nalar pada seorang nabi dan rasul
untuk membuktikan kebenaran risalah dari Allah SWT. Mukjizat terjadi
ketika nabi atau rasul terjepit dalam kondisi yang sulit. Nabi Musa
membelah lautan ketika ia terpojok di tepi laut merah saat dikejar oleh
Firaun dan tentaranya, nabi Ibrahim tidak bisa lagi menghindar ketika
ditangkap oleh raja Nambruz, ketika dibakar tubuhnya tidak merasakan api
yang panas.
Mukjizat yang Allah berikan juga disesuaikan dengan keahlian dan
trend masyarakat pada waktu itu. Nabi Isa hidup di jamam kedokteran dan
pengobatan, kemudian Allah memberikan mukjizat kepadanya berupa keahlian
menyembuhkan penyakit, bahkan dengan izin Allah nabi Musa bisa
menghidupkan orang yang sudah meninggal. Nabi Muhammad hidup pada
masyarakat yang memiliki keahlian dalam ilmu sastra, kemudian al-Quran
diturunkan kepadanya, sebagai kitab yang mengandung nilai-nilai sastra
yang tinggi.
Al-Quran prinsipnya Shalihun li kulli zaman wa makan, selalu
relevan dalam setiap keadaan. Menurut Emha Ainun Nadjib, satu ayat
dalam al-Quran bisa menjawab semua permasalahan apapun. Tapi masalahnya
kekuatan nalar manusia sangat terbatas sehingga apabila ada
penafsiran-penafsiaran yang jauh keluar dari teksnya dianggap salah atau
keliru, padahal berbicara tentang tafsir tidak ada istilah benar atau
salah, tapi relevan atau tidak relevan.
Sekarang ini adalah era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
berbagai teori dan penelitian banyak dikembangkan, sampai-sampai sekolah
dan perguruan tinggi islam menerbitkan pelajaran baru yaitu tafsir
ilmi. Inti kajian dari tafsir ilmi adalah mengintegrasikan teori sains
modern dengan al-Quran.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terkadang melupakan seseorang
bahwa kesusastraan al-Quran tetap sebagai mukjizat yang agung. Ini
terjadi ketika saya terlibat dalam sebuah diskusi, seseorang mengatakan
bahwa kesusastraan al-Quran sudah tidak lagi relevan sebagai mukjizat,
fase itu sudah berlalu ketika kaum Kafir Quraisy kehabisan kata-kata
untuk menentang al-Quran.
Bukti kesusastraan al-Quran sebagai mukjizat teragung adalah kita
tidak pernah bosan membaca maupun mendengarkannya. Sejatinya sastra
adalah masalah rasa, kata dan ungkapan indah adalah yang sampai pesan
dan maknanya kepada si pembaca dan yang mendengarkannya, walaupun dalam
perkembangan ilmu sastra teori akan terus berkembang. Secara garis besar
unsur sastra terbagi menjadi dua macam. Pertama, unsur intrinsik.
Kedua, unsur ekstrinsik. Di dalamnya kita mengenal istilah tema, diksi,
majas, alur, amanat, tokoh, seting, dan lain-lain.
Al-Quran adalah kitab dengan diksi atau pemilihan kata yang sangat
kuat. Misalnya, pengguna kata yang bermakna manusia di dalam al-Quran
menggunakan dua term yang berbeda, yaitu al-Nas dan al-Insan. Al-Nas artinya
adalah manusia yang sudah dewasa, sehingga selalu digunakan untuk
seruan yang menunjukan perintah atau larangan. Seperti yaa ayyuhannasu’budu robbakum (wahai manusia, sembahlah tuhanmu).
Sedangkan kata al-Insan maknanya adalah manusia secara umum, tidak terikat jenis kelamin, ataubatasan usia. Penyebutan al-Insan di dalam al-Quran biasanya berupa penjelasan tentang tabiat atau watak manusia itu sendiri, seperti dalam penggunaan al-Nas dan al-Insan
tepat dan konsisten.Perbedaan-perbedaan seperti ini tidak akan
diketahui tanpa memahami dan menyelami makna yang terkandung di
dalamnya.
Di dalam al-Quran juga terdapat kisah-kisah yang sangat menarik.
Tidak berlebihan jika saya menyebutkan salah satu kisah yang
sangat menarik untuk disimak adalah kisah nabi Yusuf yang tertuang
dalam surat Yusuf. Kisah yang penuh drama, konflik dan intrik.
Perhatikan bagaimana saudara-saudara Yusuf merencanakan pembunuhan
sampai berdusta kepada ayahnya (nabi Yaqub).
Konflik demi konflik diceritakan dengan apik. Permasalahan dengan
Siti Zulaikha, tragedi apel berdarah, Yusuf dipenjarakan, menafsirkan
mimpi dua tersangka yang berbeda, sampai kemudian bebas setelah
menafsirkan mimpi raja tentang tujuh sapi gemuk dan tujuh sapi kurus.
Tidak berhenti sampai di situ, suasana tergambar mendebarkan ketika
saudara-saudara Yusuf datang kepadanya meminta bantuan, tetapi satu di
antara mereka yaitu bunyamin ditangkap karena di dalam tasnya terdapat
pila menteri. “pantas saja dia mencuri, karena dulu saudaranya juga
adalah seorang pencuri” kata saudara-saudara yusuf yang lainnya.
Klimaksnya tertuang ketika ayah nabi Yusuf dapat kembali melihat,
kemudian semua keluarganya masuk ke Mesir dengan aman. Yusuf berkata
“ayah, Inilah tabir mimpiku dulu. Sesungguhnya Tuhan telah menjadikannya
nyata”
Al-Quran terlalu rendah kalau disebut sebagai kitab kumpulan puisi
atau kisah, lihatlah betapa kemukjizatan sastra dalam Al-Quran tidak
lantas hilang dengan trend masyarakat modern yang lebih memperhatikan
progress keilmuan dan sains. Al-Quran adalah petunjuk bagi semua
manusia, tetapi dengan keindahan bahasanya banyak orang yang memeluk
Islam, diantaranya adalah Labid bin Rabiah, Umar bin Khatab, Hakeem
Olajuwon, Barbara Bush, dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar